Jumat, 27 September 2013

Bermodal pecel, Murtini berhasil hidupi kelima anaknya

Murtini adalah sosok wanita tegar yang berhasil menghidupi kelima anaknya dari berjualan nasi pecel. Lahir pada 7 Agustus 1941 di Pare, Kediri, Murtini kemudian mendirikan warung nasi pecel Bu As pada tahun 1978.

Bakat memasak Murtini diwarisi dari ibunya, Masripah - biasa disapa Bu As - yang kerap mengajaknya berjualan di depan rumah. Sejak kecil, Murtini sudah diajak ibunya berjualan beraneka panganan, seperti pecel dan jajanan pasar. Selain makanan, ibu Murtini juga menjajakkan kebutuhan anak-anak, misalnya alat gambar, buku tulis, pensil, dan lain-lain.
Nasi sambal pecel Kediri buatan Murtini

Murtini kecil bukan lagi anak manja yang hanya bisa merengek minta dibelikan mainan. Kehidupan telah menempanya dengan sangat baik. Sang suami yang kala itu hanya bekerja sebagai supir truk, membuat Murtini memutar otak untuk mencari tambahan pemasukan. Terlebih, keluarga Murtini bukan tergolong keluarga kecil, melainkan besar. Untuk memenuhi kebutuhan kelima anaknya, Murtini harus ikut membanting tulang bersama suaminya.

Beruntung racikan sambal pecel khas Kediri yang dibuat oleh Murtini menjadi primadona di kampungnya. Sambal pecel buatannya ternyata disukai oleh para tetangga dan warga di sekitar kampungnya. Pamor nasi pecel Murtini pun serta-merta naik daun dan menyebar ke seluruh kampung. Meski pemasukan yang didapatnya dari berjualan pecel tidak seberapa, Murtini tetap bisa membantu suami mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Warung nasi pecel Bu As didirikan Murtini sejak tahun 1978

"Kalau dipikir-pikir, ini mungkin mustahil, bisa menyekolahkan lima anak hanya dengan modal berjualan pecel. Tapi ternyata ya bisa atas kehendak yang di atas," pungkas Murtini, ketika ditemui merdeka.com di kediamannya di Jalan Lawu 47, Pare, Kediri (15/9).

Selain berjualan nasi sambal pecel, warung Murtini juga mengusung menu lain, yakni nasi sambal Tumpang. Penyajian nasi sambal pecel dan nasi sambal Tumpang sebetulnya tak jauh beda. Sambal Tumpang adalah makanan khas Kediri yang terbuat dari tempe bosok atau tempe yang telah dibusukkan, lalu dimasak dengan bermacam-macam bumbu. Seporsi nasi pecel biasanya berisi tahu, tempe, sayur-mayur (kenikir, kangkung, sawi putih, dan kacang panjang), dan peyek. Untuk sambal, pelanggan ditawarkan tiga pilihan, yaitu sambal pecel, Tumpang, atau kedua-duanya.

Nasi sambal pecel Murtini kini dibanderol Rp 4.000-6.000 per porsi

Cobaan terberat yang harus dihadapi Murtini terjadi pada tahun 1983, saat suaminya tak lagi bekerja. Untuk bisa terus menyambung hidup keluarganya, Murtini dibantu suami kemudian berjualan pecel dari pagi hingga larut malam. Anak-anak Murtini juga ikut turun tangan dan membantu orang tua mereka berjualan pecel. Mulai pukul 16.00 sampai 24.00, dapur Murtini sudah mengebul. Ada yang bertugas menggoreng peyek, menghaluskan bumbu kacang, dan memetik sayur. Pekerjaan melelahkan itu lalu dilanjutkan kembali pada pukul 03.30, saat Murtini dan suaminya menata pecel yang akan dijual.

Kebersamaan Murtini dan suami menemui titik akhir pada tahun 30 Desember 2002, ketika belahan jiwanya itu kembali pada Sang Pencipta. Sendirian menapaki hidup, Murtini tidak ingin menyerah begitu saja. Kini, warung nasi pecel Bu As yang telah dirintis Murtini sejak lama, diwariskan kepada putrinya, Yuli. Walau begitu, Murtini tetap tidak ingin menganggur dan bermalas-malasan di usianya yang sudah menginjak kepala tujuh. Murtini pun hingga kini tetap membantu Yuli menyiapkan nasi pecel dan melayani pelanggan setianya.

M.R.P & Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar