Beriringkan
salam penuh khidmat, penuh kasih sayang Ar-Rahman , Ar-Rahim.
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Perkenalkan, nama ku MUHAMMAD RYAN PRATAMA. Putra dari Drs.Zulfan Taufik, anak Pertama dari 2 bersaudara. Putra seorang guru Sekolah Menengah Atas, dan ibuku yang seorang ibu rumah tangga. Lahir dari keluarga sederhana, tidak miskin kurang kaya tapi berkecukupan. Alkisah ceritaku dimulai dari titik awal aku berdiri menginjak kan kaki di sang ardi yang megah ini. Ini bukan cerita curhatan belaka, tapi ini kisah sebuah perjalanan cucu Adam yang mengarungi separuh dunia.
Sungguh agung tuhan menciptakan langit dan bumi, pantai dan lautan, air dan
api, sungai dan muara, tangis dan tawa, air mata dan dusta, begitu juga adam
dan hawa. Pernahkah ingat Sang Hawa
tercipta Oleh apa dan Siapa ? Pernahkah engkau ingat Sang Adam mengorbankan
raga demi sang Cipta. Apakah kau lupa wahai cucu-cucu Hawa, kau tercipta dengan
Tulang Adam di dalamnya ?
Seorang Adam yang bimbang tersendiri
dibalik raga, oleh waktu yang rancu berharap teman, kekasih ataupun apa yang
belum tahu asal muasalnya. Terduduk diam disebuah bukit sedang belajar
mengenali dunia, apa nama nya, apa gunanya , sebab apa terjadi, dan bagaimana
bisa. Berharap sesuatu kan muncul. Lambat laun Adam tahu, dia tersendiri
dikaumnya. Tersimpuh adam di balik waktu maghrib, diatas bukit menjunjung
tinggi bermohon sang pencipta menyelesaikan kegundahannya.
Adam menangis di pertengahan
maghrib, tersimpuh gundah tersendiri dikaumnya. Lalu bermohonlah Adam memohon
agar kegalauan ini cepat berakhir. Sang pencipta selalu mendengar dan
memperhatikan Adam. Terkabullah permintaan Adam dengan konsekuensi bagian
tubuhnya yang harus ia korbankan demi
sesuatu keinginan tersebut. Dengan susah payah Adam dengan berbagai
pengetahuannya mencari bagian tubuh nya yang terindah dengan berbagai alasan
yang sampai sekarang hanya beberapa manusia yang dapat menafsirkan kemauan adam
tersebut.
Setelah lama mencari, kemudian ia
patah kan tulang rusuknya sebelah kiri dengan penuh kesakitan dengan penuh
airmata, keringat dan darah. Ia korbankan kepada sang pencipta. Betapa
terkejutnya sang pencipta melihat itu. Betapa sungguh-sungguhnya ia
mengorbankan dirinya demi sesuatu yang bahkan ia belum tahu. Sang pencipta pun
membayar mahal atas kerja keras adam, dihilangkan nya rasa sakit itu,
diberhentikannya darah yang mengaliri tubuh adam, di baguskannya raga dan jiwa
adam kembali.
Kemudian Allah tunjukkan
kebesarannya di depan Adam, dia lah SITI HAWA yang datang menghampiri adam
dengan sosok indah gemulai menyerupainya. Sungguh setelah itu Allah juga
menciptakan sebuah rasa yang saling tarik menarik antara keduanya, yang disebut
dengan CINTA atau KASIH SAYANG. Tersujud Adam bersimpuh dihadapan Allah
berterimakasih sebesar-besarnya, bersyukur sedalam-dalamnya.
Lalu mereka Adam dan Hawa,
bersanding dihadapan sang pencipta memohon ridha kelak kan bersama. Sungguh
kekal mereka di surga. Sampai suatu ketika Hawa melakukan kesalahan besar dan
mengajak Adam melakukannya. Turunlah mereka berdua ke bumi
bersama, demi sebuah hukuman atas tindakan nya di surga. Mereka diturunkan di
dua tempat yang berbeda, tanpa apa-apa, bermodalkan sayang bermodalkan ikatan.
Mereka melalui berbagai rintangan sendiri demi sebuah keyakinan. Sampai lah
mereka dipuncak tertinggi cobaan tuhan, dan meraka sanggup menjalaninya.
Saat mereka hendak putus asa,
sang pencipta menurunkan berkahnya. Dipertemukannya mereka di bukit tempat Adam
pertama mengenal dunia, betapa bahagia adam telah menyelesaikan berbagai cobaan
dan berhasil bersatu dengan hawa kembali. Kemudian, mereka mulai menyadari
kesalahan mereka antara satu dengan yang lain. Perlahan mereka bertaubat dan
mendapat wahyu. Kelak mereka lah yang menjadi khalifah di dunia tempat mereka
duduki sekarang, lalu adam bertanya kepada sang pencipta.
. “dengan apa aku menciptakan khalifah yang engkau wahyukan
tuhan ? sedang aku kelak kan menua dan mati juga”,
Kemudian sang pencipta menurunkan
wahyu agar Adam memperanakkan dirinya dan Adam mulai mempelajarinya. Setelah
adam menempuh yang namanya berkeluarga dan mempunyai keturunan. Namun tak
berjalan semudah itu, banyak intrik-intrik kejadian yang terjadi. Namun itu
tidak masalah bagi adam sepenuhnya. Dan akhirnya mereka dipanggil sang pencipta
kembali ke surga, karena mereka telah mencapai berbagai intrik masalah yang
telah dilewati.
Dan mulailai cucu-cucu adam yang
kini memulai lembaran baru di dunia, menitiskan jejak, menunggu tuhan memanggil
ke surga bersama cucu hawa didalamnya jannatul na’im nya kelak.
Dan apakah aku, kamu, dia, mereka pantas
dipanggil cucu adam ? ya, kita salah satu dari mereka memulai menapakkan kaki,
bernafas diantara bumi, memanggil malaikat yang disebut IBU. Ini lah aku, yang
mungkin pembaca lihat tak pantas menganggarkan diri sebagai cucu adam sesungguhnya.
Tapi bagaimanapun Adam yang telah
memperkenalkan cinta dan sayang itu kepada kita.
Awal cerita, Aku lahir dari
seorang ayah penjual manisan eceran dari warung ke warung, meniti panas aspal
yang berkelebat puluhan kilometer di tempuh ayahku. Padahal ayahku seorang
sarjana. Tapi tak sungkan iya mengayuh sepeda demi kami keluarganya. Panas
terik bukan lah halangan, hitamnya aspal bukan lah hambatan. Tapi ayahku setiap
hari berpuluh-puluh kilometer mencari uang, mencari rezeki. Tinggal lah ibu
mengurusku dengan uang yang seadanya membangun ku menjadi pribadi berjiwa
surga. Aku akui aku tak sebaik adam, tak setampan yusuf, tak sebijaksana
muhammad. Tapi aku berusaha semampuku, sebisa ku, walupun tak menyerupai
mereka, tapi aku tahu aku bisa bersamaan shaf dengan mereka.
Dengan bermodalkan secukupnya,
aku memulai hidup dengan kedua orangtua ku, penuh cibiran, dan hinaan karena
ketidak cukupan kami yang kami cukup-cukupi. Meniti jalan panas mengatarkan
aku, ibu tak pernah lelah mengayuh sepeda yang rungsek itu. Walau terkadang
teman ibu sering mengejeki kami dengan berbagai hal cibiran. Tapi kami tak
peduli. Dengan tekad dan niat dan ridha Tuhan, suatu ketika ketujuh kalinya
ayah ku mencoba peruntungannya. Akhirnya ia berstatus pegawai negri sipil dan
menjabat sebagai guru.
Itulah awal mula cerita ku
dimulai, setelah itu. Kami pindah keluar kota dan mengenal nama nya BINJAI.
Kelihatan begitu asing di mata ataupun di pendengaranku, jelas saja aku belum
pernah kesini sebelumnya.
Kami hanya menyewa rumah yang
disewakan pemiliknya kepada kami, sudah lebih dari 3 kali kami pindah rumah. Dan
sudah lebih dari 2 sekolah ku jajaki. Aku lulusan SDN 020256, lulusan SMP
NEGERI 2 Binjai, dan Alumni SMA Negeri 1 binjai. Dan terakhir aku lulus di USU
Fakultas Pertanian dan Akhirnya aku mencoba peruntungan ku sekali lagi dengan
lulus di PLN Corpoorate University. Lanjut ke inti cerita.
Dulu aku pernah melihatnya.
Sesosok cucu hawa yang pernah aku suka. Itu dulu waktu SMA. Ketika dia datang
dengan berkerudung merah muda, dan baju yang mungkin aku lupa dan tentu saja
wajah yang tak kan hilang di telan mata.
Dengan gaya sederhana, mengundang
mataku mengumbar dosa, melihat mu penuh dengan asmara. Maaf sedikit membuat
pembaca mual membacanya. Apa salahnya seorang yang sedang jatuh cinta
mengatakan hal yang sebenarnya dihatinya.
Dia lah ZORA AZELIA PRAMESWARI
ZAIN. Gadis supel, lemah lembut terkadang, penuh semangat, murah senyum, dan
penuh dengan cinta tentunya. Maaf saja, ini jujur ku katakan. 2 periode aku
perhatikan dia dengan tambatan hatinya. Mungkin hanya sekedar cinta monyet
dijaman millenium ini. Akhirnya sudah berujung penasaran ku padanya. Ku
beranikan diri mendekatinya, dengan aku apa adanya, tanpa sandiwara ku berkata
padanya. Aku suka dengan mu, mulai dari pertama aku melihatmu. Mungkin saat itu
tuhan sudah menciptakan rasa pada ku, namun belum buat dirimu.
Perlahan cobaan pun dimulai, akan
ku ceritakan ini kepada yang tertuju IBU mu :
1.
Aku
menyukaimu bukan karena nafsu yang membuat ku hancur dihadapan tuhan
2.
Aku
menyayangimu bukan karena alasan aku terlalu menyukai paras dan tubuhmu
3.
Sesungguhnya
ku katakan, ini isi hatiku sebenar-benarnya, sesungguh-sungguh aku
menyayangimu. Bukan gombal atau pun kebohongan
Pertama.
Maaf ibu, aku telah menyayangi
anak ibu selama ini, maaf aku telah menyukai anak ibu seperti ini, maaf aku
telah menjalin ikatan dengan nya sejauh ini. ini lah aku dengan apa adanya diriku tanpa
kebohongan sedikitpun, ini kulakukan dengan keterbatasan kemampuan, waktu, dan
kegiatanku yang cukup menguras waktu, demi menerangi nusantara tempat kita
bernaung. Ini surat terbuka yang aku postingkan di blog ku. Maaf telah
mengganggu privasimu, aku sadar aku kelewatan. Tapi tuhan telah duluan
menganugerahiku rasa itu terhadap anak mu. Maaf sekali lagi, beribu maaf ku
ucap padamu. Karena aku begitu menghormati sosok ibu dimataku.
Ibu, dulu aku tidak sengaja
melihat anak mu datang ke sekolahku, dan aku tidak sengaja melihatnya dengan
mataku. Sungguh Tuhan Maha Besar, seketika aku suka melihat anak mu, maaf aku
kelewatan. Tapi aku yakin dulu Ibu juga pernah seperti itu. Dia datang demi
menemui seseorang yang bukan aku, karena tentu saja aku belum mengenalnya.
Kemudian, dengan sedikit keberanianku. Ku tanyakan seputar dia dengan temannya.
Aku belum punya keberanian melihat mata seorang anak yang ibu lahirkan, tentu
saja aku bakal gemetaran.
Kemudian ku jalin hubungan
pertemanan dengan nya, lewat dunia maya. Lalu aku mulai satu persatu jalan
untuk mendekatinya. Tapi sayang, dia sudah punya ikatan dengan yang lainnya. Ku
tunggu dia sampai dengan ikatan kedua. Kurang lebih 3 tahun aku menunggunya,
sungguh aku membenarkan ini ibu. Aku tidak mengada-ngada atas itu. Kemudian
setelah keberanianku terkumpul, maaf aku mendekatinya bu.
Subhanallah, kulihat seorang yang
mirip ibuku. Mirip sekali. Maaf aku telah berdosa melihat matanya dengan
sengaja. Maafkan aku ibu, tapi sungguh aku tidak bisa menahan hal itu. Indahnya
bukan main. Sedikit lebay kuceritakan ini pada ibu. Aku sungguh mengaguminya
bu, sampai ALLAH benar-benar menciptakan rasa itu antara kami berdua.Namun,
semua tidak berjalan lancar sepertinya.
Setelah kami mulai hubungan
khusus melebihi teman, ternyata halangan dan rintangan pun dimulai. Entah darimana
asalnya kami komunikasi kami mulai lancar, aku ingat saat itu saat dia
berulangtahun dan aku memberikan VN dan Hadiah esoknya. Betapa terkejut aku
ternyata dia mengaku menangis mendengar VN ku itu. Betapa gembiranya aku
ternyata aku begitu berarti di hadapannya. Namun disinilah cobaan satu persatu
datang ibu.
Teman nya mulai tidak menyukaiku,
mungkin muka ku seperti teroris yang sedang di cari-cari mungkin. Kemudian dia
mulai perlahan menghilang daripada aku. Sungguh aku tidak pernah merelakan itu
sepenuhnya. Kuputar-putar pikiranku demi mendapatkan perhatiannya lagi, walau
tidak di pedulikan pun aku tetap ingin. Bersikeras ku capai itu ibu, tiap malam
aku mulai merindukan suaranya. Sungguh aku tidak mengada-ngada atau pun
melebih-lebihkan. Dia sosok yang ku idam-idamkan. Tak peduli halangan rintangan
yang menerjang, aku siap melawan. Mungkin aku tak sperti yang dia harapkan atau
pun ibu harapkan. Tapi disinilah cerita kami bermula.
Setelah temannya mulai tak
menyukaiku, aku mulai meyakinkan hatiku padanya. Hanya permasalahan sepele
menurut mereka. Tapi, aku selalu menganggap itu serius. Mereka menganggap aku
terlau tua, mereka menganggap aku akan menyakitinya, mempermainkannya, sesuka
hatiku saja. Namun itu hanya permasalahan waktu kurasa, dengan keteguhan dan
keras kepalaku sepenuhnya. Aku yakin bisa bersama anak mu, maaf sekali lagi
ibu, aku terlalu lancang. Tapi ini keinginan ku, dan kurasa dia juga tahu
tentang ini sebenarnya.
Setelah dia yakin terhadapku dan
5 bulan kujalani untuk bisa mendapatkan ikatan yang kami inginkan itu, akhirnya
pada tanggal 23 FEBRUARI 2013 kami menjalin ikatan itu tanpa sepengetahuan ibu.
Maaf kan kami sebesar-besarnya bu, maaf. Kami menjalin itu bukan penuh dengan
kejelasan, tapi smeua masih abu-abu. Tidak ada yang tahu, hanya kami berdua lah
yang menjalaninya yang tahu. Kemudian, perlahan temannya mulai yakin semua yang
kulakukan demi dia.
Dan akhirnya suatu ketika kami
berselisih paham, dan itu pertama kali aku bisa menyempatkan diri menemui ibu
dan dia walau dengan waktu yang kurang tepat. Sekali lagi aku yakinkan, kau
takut kehilangannya saat itu, ku tinggal teman-temanku yang sedang berkumpul
menungguku demi meyakinkan dia atas kesalahpahaman nya waktu itu. Aku sangat
berterimakasih kepada ibu , yang telah mengizinkan aku bisa menemuinya dan
berterus terang masalah kami waktu itu. Terimakasih banyak bu.
Tapi perlahan sepertinya ibu
kurang yakin terhadapku, iya aku salah selama ini tidak memberitahumu masalah
ini. maafkan kami berdua bu.
Ini aku dengan sepenuhnya
kejujuranku yang aku bisa
Aku sayang dengan dia sepenuhnya,
bukan main-main belaka.
Aku menjaganya lebih dari yang
aku bisa, dan itu kujanjikan buat ibu.
Aku merawatnya seperti aku
merawat diriku kelak, sebab kemudian dia juga yang mungkin adalah tulang
rusukku.
Aku berusaha untuk tidak
memperlakukannya dengan kedaan seburuk apapun, aku sebagai manusia hanya bisa
menjamin kelak dia kan bahagia bersamaku.
Ibu, bukan maksudku untuk
mendahului tujuanmu, aku tidak akan bermaksud mengambilnya darimu secepat itu. Dia
akan kuajarkan mandiri, selama ini ibu bisa menanyakannya. Apa saja yang telah
aku ajarkan pada dia. Apakah pernah suatu keburukan kupakasakan dengan nya ?
TIDAK BU, percayalah pada ku. Aku
memang bukan lahir dari rahim mu, tapi percayalah bu. Aku tidak akan
mengecewakan mu. Ibu ku juga mengajari aku gimana hidup ini semestinya, ibu ku
juga yang telah banyak membentuk kepribadianku. Terserah ibu mau percaya atau
tidak. Kami meminta restu mu secara tidak langsung, karena kami masi terlalu
canggung menjalani hubungan kami tanpa restu mu. Kami tahu kami terlalu lancang, maafkan kami bu,
riidha mu juga yang akan membawa kami ke surga.
Tahukah engkau ibu ? janji kami mengikat
ikatan ini ?
Kami berjanji untuk saling
menghargai.
Kami berjanji untuk saling
melengkapi
Kami berjanji untuk tidak saling
menyakiti
Kami berjanji untuk tidak pernah
memutuskan hubungan ini.
Kami berjanji ketika kami putus
bukan karena kami, segera kembali menjalin ikatan kami sebelumnya.
Kami juga berjanji tidak mudah
mencari pengganti setelah kami.
Mungkin ibu menganggap kami
keterlaluan, maaf sekali lagi bu. Maaf, tapi biarlah kami berjuang mendapatkan
ridhamu. Baru setelah itu kami mencari ridha Tuhan, karena engkau jalan atau
pintu gerbang kami Menuju Tuhan.
Ibu ? tahukah ibu perasaan kami
sebenarnya, setiap kali ibu menyatakan ataupun menghakimi kami taupun menghalami
kami, atau pun masih ragu. Kami pasti buktikan bu, kami tahu yang mana yang
benar dan salah.
Ibu, kami tahu keraguan mu. Aku tahu
engkau begitu menjaga dia bagaikan emas permata. Karena aku juga
memperlakukannya seperti itu bu. Ini kesungguhan ku sedalam aku bisa. Aku meminta
jawaban atas itu semua. Maafkan atas keterbatasan waktu dan kemampuan ku ibu.
Aku minta maaf atas itu, kami
berniat engkau tahu. Sehinggat tak ada lagi yang harus kami tutupi dari kami
terhadapmu
maaf kan atas keterbatasan kami ibu, maaf sebanyak-banyak nya ibu, maaf sedalam-dalamnya ibu.
maaf kan atas keterbatasan kami ibu, maaf sebanyak-banyak nya ibu, maaf sedalam-dalamnya ibu.
Kami memohon restu demi keridhaan
mu terhadap kami.
dan kami pernah bermimpi agar kelak bisa mencapai mimpi tertinggi kami.
Muhammad Ryan Pratama