Senin, 29 Juli 2013

surat terbuka buat ibu



Beriringkan salam penuh khidmat, penuh kasih sayang Ar-Rahman , Ar-Rahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

            Perkenalkan, nama ku MUHAMMAD RYAN PRATAMA. Putra dari Drs.Zulfan Taufik, anak Pertama dari 2 bersaudara. Putra seorang guru Sekolah Menengah Atas, dan ibuku yang seorang ibu rumah tangga. Lahir dari keluarga sederhana, tidak miskin kurang kaya tapi berkecukupan. Alkisah ceritaku dimulai dari titik awal aku berdiri menginjak kan kaki di sang ardi yang megah ini. Ini bukan cerita curhatan belaka, tapi ini kisah sebuah perjalanan cucu Adam yang mengarungi separuh dunia.
            Sungguh agung tuhan menciptakan  langit dan bumi, pantai dan lautan, air dan api, sungai dan muara, tangis dan tawa, air mata dan dusta, begitu juga adam dan  hawa. Pernahkah ingat Sang Hawa tercipta Oleh apa dan Siapa ? Pernahkah engkau ingat Sang Adam mengorbankan raga demi sang Cipta. Apakah kau lupa wahai cucu-cucu Hawa, kau tercipta dengan Tulang Adam di dalamnya ?
            Seorang Adam yang bimbang tersendiri dibalik raga, oleh waktu yang rancu berharap teman, kekasih ataupun apa yang belum tahu asal muasalnya. Terduduk diam disebuah bukit sedang belajar mengenali dunia, apa nama nya, apa gunanya , sebab apa terjadi, dan bagaimana bisa. Berharap sesuatu kan muncul. Lambat laun Adam tahu, dia tersendiri dikaumnya. Tersimpuh adam di balik waktu maghrib, diatas bukit menjunjung tinggi bermohon sang pencipta menyelesaikan kegundahannya.
Adam menangis di pertengahan maghrib, tersimpuh gundah tersendiri dikaumnya. Lalu bermohonlah Adam memohon agar kegalauan ini cepat berakhir. Sang pencipta selalu mendengar dan memperhatikan Adam. Terkabullah permintaan Adam dengan konsekuensi bagian tubuhnya  yang harus ia korbankan demi sesuatu keinginan tersebut. Dengan susah payah Adam dengan berbagai pengetahuannya mencari bagian tubuh nya yang terindah dengan berbagai alasan yang sampai sekarang hanya beberapa manusia yang dapat menafsirkan kemauan adam tersebut.
Setelah lama mencari, kemudian ia patah kan tulang rusuknya sebelah kiri dengan penuh kesakitan dengan penuh airmata, keringat dan darah. Ia korbankan kepada sang pencipta. Betapa terkejutnya sang pencipta melihat itu. Betapa sungguh-sungguhnya ia mengorbankan dirinya demi sesuatu yang bahkan ia belum tahu. Sang pencipta pun membayar mahal atas kerja keras adam, dihilangkan nya rasa sakit itu, diberhentikannya darah yang mengaliri tubuh adam, di baguskannya raga dan jiwa adam kembali.
Kemudian Allah tunjukkan kebesarannya di depan Adam, dia lah SITI HAWA yang datang menghampiri adam dengan sosok indah gemulai menyerupainya. Sungguh setelah itu Allah juga menciptakan sebuah rasa yang saling tarik menarik antara keduanya, yang disebut dengan CINTA atau KASIH SAYANG. Tersujud Adam bersimpuh dihadapan Allah berterimakasih sebesar-besarnya, bersyukur sedalam-dalamnya.
Lalu mereka Adam dan Hawa, bersanding dihadapan sang pencipta memohon ridha kelak kan bersama. Sungguh kekal mereka di surga. Sampai suatu ketika Hawa melakukan kesalahan besar dan mengajak  Adam  melakukannya. Turunlah mereka berdua ke bumi bersama, demi sebuah hukuman atas tindakan nya di surga. Mereka diturunkan di dua tempat yang berbeda, tanpa apa-apa, bermodalkan sayang bermodalkan ikatan. Mereka melalui berbagai rintangan sendiri demi sebuah keyakinan. Sampai lah mereka dipuncak tertinggi cobaan tuhan, dan meraka sanggup menjalaninya.
Saat mereka hendak putus asa, sang pencipta menurunkan berkahnya. Dipertemukannya mereka di bukit tempat Adam pertama mengenal dunia, betapa bahagia adam telah menyelesaikan berbagai cobaan dan berhasil bersatu dengan hawa kembali. Kemudian, mereka mulai menyadari kesalahan mereka antara satu dengan yang lain. Perlahan mereka bertaubat dan mendapat wahyu. Kelak mereka lah yang menjadi khalifah di dunia tempat mereka duduki sekarang, lalu adam bertanya kepada sang pencipta.
. “dengan apa aku  menciptakan khalifah yang engkau wahyukan tuhan ? sedang aku kelak kan menua dan mati juga”,
Kemudian sang pencipta menurunkan wahyu agar Adam memperanakkan dirinya dan Adam mulai mempelajarinya. Setelah adam menempuh yang namanya berkeluarga dan mempunyai keturunan. Namun tak berjalan semudah itu, banyak intrik-intrik kejadian yang terjadi. Namun itu tidak masalah bagi adam sepenuhnya. Dan akhirnya mereka dipanggil sang pencipta kembali ke surga, karena mereka telah mencapai berbagai intrik masalah yang telah dilewati.
Dan mulailai cucu-cucu adam yang kini memulai lembaran baru di dunia, menitiskan jejak, menunggu tuhan memanggil ke surga bersama cucu hawa didalamnya jannatul na’im nya kelak.
Dan  apakah aku, kamu, dia, mereka pantas dipanggil cucu adam ? ya, kita salah satu dari mereka memulai menapakkan kaki, bernafas diantara bumi, memanggil malaikat yang disebut IBU. Ini lah aku, yang mungkin pembaca lihat tak pantas menganggarkan diri sebagai cucu adam sesungguhnya. Tapi bagaimanapun  Adam yang telah memperkenalkan cinta dan sayang itu kepada kita.
Awal cerita, Aku lahir dari seorang ayah penjual manisan eceran dari warung ke warung, meniti panas aspal yang berkelebat puluhan kilometer di tempuh ayahku. Padahal ayahku seorang sarjana. Tapi tak sungkan iya mengayuh sepeda demi kami keluarganya. Panas terik bukan lah halangan, hitamnya aspal bukan lah hambatan. Tapi ayahku setiap hari berpuluh-puluh kilometer mencari uang, mencari rezeki. Tinggal lah ibu mengurusku dengan uang yang seadanya membangun ku menjadi pribadi berjiwa surga. Aku akui aku tak sebaik adam, tak setampan yusuf, tak sebijaksana muhammad. Tapi aku berusaha semampuku, sebisa ku, walupun tak menyerupai mereka, tapi aku tahu aku bisa bersamaan shaf dengan mereka.
Dengan bermodalkan secukupnya, aku memulai hidup dengan kedua orangtua ku, penuh cibiran, dan hinaan karena ketidak cukupan kami yang kami cukup-cukupi. Meniti jalan panas mengatarkan aku, ibu tak pernah lelah mengayuh sepeda yang rungsek itu. Walau terkadang teman ibu sering mengejeki kami dengan berbagai hal cibiran. Tapi kami tak peduli. Dengan tekad dan niat dan ridha Tuhan, suatu ketika ketujuh kalinya ayah ku mencoba peruntungannya. Akhirnya ia berstatus pegawai negri sipil dan menjabat sebagai guru.
Itulah awal mula cerita ku dimulai, setelah itu. Kami pindah keluar kota dan mengenal nama nya BINJAI. Kelihatan begitu asing di mata ataupun di pendengaranku, jelas saja aku belum pernah kesini sebelumnya.
Kami hanya menyewa rumah yang disewakan pemiliknya kepada kami, sudah lebih dari 3 kali kami pindah rumah. Dan sudah lebih dari 2 sekolah ku jajaki. Aku lulusan SDN 020256, lulusan SMP NEGERI 2 Binjai, dan Alumni SMA Negeri 1 binjai. Dan terakhir aku lulus di USU Fakultas Pertanian dan Akhirnya aku mencoba peruntungan ku sekali lagi dengan lulus di PLN Corpoorate University. Lanjut ke inti cerita.
Dulu aku pernah melihatnya. Sesosok cucu hawa yang pernah aku suka. Itu dulu waktu SMA. Ketika dia datang dengan berkerudung merah muda, dan baju yang mungkin aku lupa dan tentu saja wajah yang tak kan hilang di telan mata.
Dengan gaya sederhana, mengundang mataku mengumbar dosa, melihat mu penuh dengan asmara. Maaf sedikit membuat pembaca mual membacanya. Apa salahnya seorang yang sedang jatuh cinta mengatakan hal yang sebenarnya dihatinya.
Dia lah ZORA AZELIA PRAMESWARI ZAIN. Gadis supel, lemah lembut terkadang, penuh semangat, murah senyum, dan penuh dengan cinta tentunya. Maaf saja, ini jujur ku katakan. 2 periode aku perhatikan dia dengan tambatan hatinya. Mungkin hanya sekedar cinta monyet dijaman millenium ini. Akhirnya sudah berujung penasaran ku padanya. Ku beranikan diri mendekatinya, dengan aku apa adanya, tanpa sandiwara ku berkata padanya. Aku suka dengan mu, mulai dari pertama aku melihatmu. Mungkin saat itu tuhan sudah menciptakan rasa pada ku, namun belum buat dirimu.

Perlahan cobaan pun dimulai, akan ku ceritakan ini kepada yang tertuju IBU mu :
1.      Aku menyukaimu bukan karena nafsu yang membuat ku hancur dihadapan tuhan
2.      Aku menyayangimu bukan karena alasan aku terlalu menyukai paras dan tubuhmu
3.      Sesungguhnya ku katakan, ini isi hatiku sebenar-benarnya, sesungguh-sungguh aku menyayangimu. Bukan gombal atau pun kebohongan

Pertama.
Maaf ibu, aku telah menyayangi anak ibu selama ini, maaf aku telah menyukai anak ibu seperti ini, maaf aku telah menjalin ikatan dengan nya sejauh ini.  ini lah aku dengan apa adanya diriku tanpa kebohongan sedikitpun, ini kulakukan dengan keterbatasan kemampuan, waktu, dan kegiatanku yang cukup menguras waktu, demi menerangi nusantara tempat kita bernaung. Ini surat terbuka yang aku postingkan di blog ku. Maaf telah mengganggu privasimu, aku sadar aku kelewatan. Tapi tuhan telah duluan menganugerahiku rasa itu terhadap anak mu. Maaf sekali lagi, beribu maaf ku ucap padamu. Karena aku begitu menghormati sosok ibu dimataku.
Ibu, dulu aku tidak sengaja melihat anak mu datang ke sekolahku, dan aku tidak sengaja melihatnya dengan mataku. Sungguh Tuhan Maha Besar, seketika aku suka melihat anak mu, maaf aku kelewatan. Tapi aku yakin dulu Ibu juga pernah seperti itu. Dia datang demi menemui seseorang yang bukan aku, karena tentu saja aku belum mengenalnya. Kemudian, dengan sedikit keberanianku. Ku tanyakan seputar dia dengan temannya. Aku belum punya keberanian melihat mata seorang anak yang ibu lahirkan, tentu saja aku bakal gemetaran.
Kemudian ku jalin hubungan pertemanan dengan nya, lewat dunia maya. Lalu aku mulai satu persatu jalan untuk mendekatinya. Tapi sayang, dia sudah punya ikatan dengan yang lainnya. Ku tunggu dia sampai dengan ikatan kedua. Kurang lebih 3 tahun aku menunggunya, sungguh aku membenarkan ini ibu. Aku tidak mengada-ngada atas itu. Kemudian setelah keberanianku terkumpul, maaf aku mendekatinya bu.
Subhanallah, kulihat seorang yang mirip ibuku. Mirip sekali. Maaf aku telah berdosa melihat matanya dengan sengaja. Maafkan aku ibu, tapi sungguh aku tidak bisa menahan hal itu. Indahnya bukan main. Sedikit lebay kuceritakan ini pada ibu. Aku sungguh mengaguminya bu, sampai ALLAH benar-benar menciptakan rasa itu antara kami berdua.Namun, semua tidak berjalan lancar sepertinya.
Setelah kami mulai hubungan khusus melebihi teman, ternyata halangan dan rintangan pun dimulai. Entah darimana asalnya kami komunikasi kami mulai lancar, aku ingat saat itu saat dia berulangtahun dan aku memberikan VN dan Hadiah esoknya. Betapa terkejut aku ternyata dia mengaku menangis mendengar VN ku itu. Betapa gembiranya aku ternyata aku begitu berarti di hadapannya. Namun disinilah cobaan satu persatu datang ibu.
Teman nya mulai tidak menyukaiku, mungkin muka ku seperti teroris yang sedang di cari-cari mungkin. Kemudian dia mulai perlahan menghilang daripada aku. Sungguh aku tidak pernah merelakan itu sepenuhnya. Kuputar-putar pikiranku demi mendapatkan perhatiannya lagi, walau tidak di pedulikan pun aku tetap ingin. Bersikeras ku capai itu ibu, tiap malam aku mulai merindukan suaranya. Sungguh aku tidak mengada-ngada atau pun melebih-lebihkan. Dia sosok yang ku idam-idamkan. Tak peduli halangan rintangan yang menerjang, aku siap melawan. Mungkin aku tak sperti yang dia harapkan atau pun ibu harapkan. Tapi disinilah cerita kami bermula.
Setelah temannya mulai tak menyukaiku, aku mulai meyakinkan hatiku padanya. Hanya permasalahan sepele menurut mereka. Tapi, aku selalu menganggap itu serius. Mereka menganggap aku terlau tua, mereka menganggap aku akan menyakitinya, mempermainkannya, sesuka hatiku saja. Namun itu hanya permasalahan waktu kurasa, dengan keteguhan dan keras kepalaku sepenuhnya. Aku yakin bisa bersama anak mu, maaf sekali lagi ibu, aku terlalu lancang. Tapi ini keinginan ku, dan kurasa dia juga tahu tentang  ini sebenarnya.
Setelah dia yakin terhadapku dan 5 bulan kujalani untuk bisa mendapatkan ikatan yang kami inginkan itu, akhirnya pada tanggal 23 FEBRUARI 2013 kami menjalin ikatan itu tanpa sepengetahuan ibu. Maaf kan kami sebesar-besarnya bu, maaf. Kami menjalin itu bukan penuh dengan kejelasan, tapi smeua masih abu-abu. Tidak ada yang tahu, hanya kami berdua lah yang menjalaninya yang tahu. Kemudian, perlahan temannya mulai yakin semua yang kulakukan demi dia.
Dan akhirnya suatu ketika kami berselisih paham, dan itu pertama kali aku bisa menyempatkan diri menemui ibu dan dia walau dengan waktu yang kurang tepat. Sekali lagi aku yakinkan, kau takut kehilangannya saat itu, ku tinggal teman-temanku yang sedang berkumpul menungguku demi meyakinkan dia atas kesalahpahaman nya waktu itu. Aku sangat berterimakasih kepada ibu , yang telah mengizinkan aku bisa menemuinya dan berterus terang masalah kami waktu itu. Terimakasih banyak bu.
Tapi perlahan sepertinya ibu kurang yakin terhadapku, iya aku salah selama ini tidak memberitahumu masalah ini. maafkan kami berdua bu.
Ini aku dengan sepenuhnya kejujuranku yang aku bisa
Aku sayang dengan dia sepenuhnya, bukan main-main belaka.
Aku menjaganya lebih dari yang aku bisa, dan itu kujanjikan buat ibu.
Aku merawatnya seperti aku merawat diriku kelak, sebab kemudian dia juga yang mungkin adalah tulang rusukku.
Aku berusaha untuk tidak memperlakukannya dengan kedaan seburuk apapun, aku sebagai manusia hanya bisa menjamin kelak dia kan bahagia bersamaku.
Ibu, bukan maksudku untuk mendahului tujuanmu, aku tidak akan bermaksud mengambilnya darimu secepat itu. Dia akan kuajarkan mandiri, selama ini ibu bisa menanyakannya. Apa saja yang telah aku ajarkan pada dia. Apakah pernah suatu keburukan kupakasakan dengan nya ?
TIDAK BU, percayalah pada ku. Aku memang bukan lahir dari rahim mu, tapi percayalah bu. Aku tidak akan mengecewakan mu. Ibu ku juga mengajari aku gimana hidup ini semestinya, ibu ku juga yang telah banyak membentuk kepribadianku. Terserah ibu mau percaya atau tidak. Kami meminta restu mu secara tidak langsung, karena kami masi terlalu canggung menjalani hubungan kami tanpa restu mu. Kami  tahu kami terlalu lancang, maafkan kami bu, riidha mu juga yang akan membawa kami ke surga.
Tahukah engkau ibu ? janji kami mengikat ikatan ini ?
Kami berjanji untuk saling menghargai.
Kami berjanji untuk saling melengkapi
Kami berjanji untuk tidak saling menyakiti
Kami berjanji untuk tidak pernah memutuskan hubungan ini.
Kami berjanji ketika kami putus bukan karena kami, segera kembali menjalin ikatan kami sebelumnya.
Kami juga berjanji tidak mudah mencari pengganti setelah kami.

Mungkin ibu menganggap kami keterlaluan, maaf sekali lagi bu. Maaf, tapi biarlah kami berjuang mendapatkan ridhamu. Baru setelah itu kami mencari ridha Tuhan, karena engkau jalan atau pintu gerbang kami Menuju Tuhan.

Ibu ? tahukah ibu perasaan kami sebenarnya, setiap kali ibu menyatakan ataupun menghakimi kami taupun menghalami kami, atau pun masih ragu. Kami pasti buktikan bu, kami tahu yang mana yang benar dan salah.
Ibu, kami tahu keraguan mu. Aku tahu engkau begitu menjaga dia bagaikan emas permata. Karena aku juga memperlakukannya seperti itu bu. Ini kesungguhan ku sedalam aku bisa. Aku meminta jawaban atas itu semua. Maafkan atas keterbatasan waktu dan kemampuan ku ibu.

Aku minta maaf atas itu, kami berniat engkau tahu. Sehinggat tak ada lagi yang harus kami tutupi dari kami terhadapmu

maaf kan atas keterbatasan kami ibu, maaf sebanyak-banyak nya ibu, maaf sedalam-dalamnya ibu.
Kami memohon restu demi keridhaan mu terhadap kami.
 dan kami pernah bermimpi agar kelak bisa mencapai mimpi tertinggi kami.




Muhammad Ryan Pratama



Tidak ada komentar:

Posting Komentar